Friday, November 30, 2007

naga

aku membayangkan dia sebagai naga. yang meski ia tak ada, orang menyebut namanya dengan suara yang bergetar gentar. atau ia godfather yang setiap begundal kroco dan orang awam menyebut namanya dengan berbisik takut. ah, terbuat dari apakah ketakutan; hingga bisa demikian kental mengapung di udara dan memenuhi rongga dada?

keramahtamahan


aku ingin bercerita tentang keramahtamahan yang mugkin saja tersisa sedikit sekali di pelosok negeri ini. di satu tengah malam, di kampung tufure, ternate, maluku utara, saat mendengar sayup-sayup suara irama tabuhan gendang dan gesekan alat musik, aku dan teman-teman yang sedang menikmati angin dingin ternate di salah satu dataran tinggi, pun bergegas mencarinya. musik yang diantar angin itu disebut sebagai gala, dengan iringan 4 gendang, dan sebuah fiol (fungsinya seperti biola yang digesek), biasanya ada seruling, tapi malam itu tak ada.
saat itu pentas ditanggap di teras rumah salah seorang penduduk yang sedang menyelenggarakan kenduri untuk anak lelakinya yang akan menikah. seperti lazimnya kenduri di kota yang dikelilingi pantai ini, pentas itu akan berlangsung hingga pagi, tanpa sedikitpun musik boleh berhenti. dan seharusnya semua warga berganti-ganti turut menari sebagai tanda gembira. kami tiba di teras rumah tersebut.
warga pun memanggil kita masuk. kami duduk dan tersenyum riang melihat mereka bersemangat menggebuk gendang dan seorang lainnya menggesek fiol. ada dua orang yang sedang menari berganti-ganti. menari ini disebut "baronggeng"-- mungkin merunut pada sebutan tarian "ronggeng", entahlah. meski mereka semua memegang peran yang berbeda, satu yang sama, sebagian darah mereka sudah diguyur "cap tikus" minuman keras setempat berwarna bening. tuan rumah yang tak mengenal kami, dan sepertinya menduga kami adalah polisi yang menyambangi untuk memeriksa keamanan, mengambil kursi dan tak lama kemudian belasan gelas teh beraroma kayu manis dan pala serta potongan roti tawar dijamu kepada kami..
tak lama kemudian, kamipun turut berjoget atau baronggeng dengan riang bersama mereka..di antaranya ada nenek-nenek yang tak henti mengunyah sirih, juga pak tua yang memakai baju kemeja lengan panjang yang mungkin adalah pakaian terbaiknya, sebab ini kenduri dan semua wajib dengan kostum terbaik mereka...selebihnya adalah anak muda yang rambut depannya hampir membentuk huruf "s"--yang mungkin meniru model rambut "superman". wangi teh rempah kayu manis,asap rokok, udara dingin dan uap "cap tikus" mengambang disela tarian kami.
kami menari, meski mulanya gugup, namun tak lama semua mengalir...kegembiraan seperti memenuhi dadaku. ah keramahtamahan yang tetap membuatku terpesona, sesuatu yang telah mulai hilang dari negeri ini. rasanya seperti menemukan sesuatu yang telah lama hilang. semoga masih mengizinkan kita semua bertemu dengan keramahatamahan lainnya di negeri ini.

Saturday, November 17, 2007

pulang


betapa ingin aku pulang sejenak. membiarkan semua hiruk pikuk dan kerumunan itu. melepaskan pandangku pada dunia yang riuh. menepi dari terang cahaya yang menyilaukan itu. sebentar saja, lalu aku datang lagi.
ah, kalau saja aku tahu kemana harus pulang.

kenduri pun usai


seperti kenduri, pemilihan kepala daerah atau gubernur sulawesi selatan akhirnya selesai. setelah berbulan-bulan para peserta beserta sepasukan legiun andalan dan semua sumberdaya yang mereka miliki berusaha membujuk, meyakinkan, bahkan membeli kepercayaan orang-orang sulawesi selatan agar menunjuk mereka sebagai pengurus wilayah yang terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur dan Luas wilayahnya 62.482,54 km² ini. mungkin saja itu menarik, sebab menurut wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan), hingga Juni 2006, ada warga sebanyak 7.520.204 jiwa yang akan mematuhi mereka sebagai paduka raja..
namun setelah sekian lama, pesta pun selesai, dan hanya ada sepsang dari 3 pasang yang berusaha naik ke tahta tertinggi. dan 2 lainnya tentu saja harus maklum bahwa kenduri ini telah usai, dan sudah waktunya mereka kembali ke kehidupan mereka yang biasa. kembali menjadi warga yang baik dan taat, tentu saja.


tapi tentu saja, selalu ada yang lain. seperti di masa kanak-kanak dulu, kadang kita tak betul rela jika kalah main kelereng atau berebut layangan putus. kita mungkin saja berusaha merebut kembali kelereng kita. atau yang paling buruk, merobek layangan yang sudah tergenggam di tangan teman kecil kita..

dan hampir serupa rasanya, setiap hari, ada saja gerombolan massa dengan suara yang memekakkan datang memprotes, karena merasa dicurangi oleh wasit yang dianggap berat sebelah dan memihak. mungkin saja ada yang keliru, atau curang tapi aku selalu merasa tak ada yang tak curang dalam permainan ini. dalam politik, kemenangan adalah muara semua yang telah diusahakan --dengan cara apapun. serupa dalam perang, adakah cara yang layak atau tak layak selain memenangkan pertempuran-demi-pertempuran hingga perang selesai.

selesai, dan, seperti kata kawanku, tak ada kehormatan bagi yang kalah. seperti sejarah, ingatan hanya bagi pemenang. yang kalah, suka atau tidak, akan segera dilupakan. speperti mengejar debu, kita tak pernah betul-betul tahu apa yang kita kejar akan kita genggam. betap semua demikian nisbi. politic is the art of possibilities.

aku tak tahu, akan kemana semua ini. aku hanya di sini, menunggu hingga debu yang mengepul ke udara, yang disebabkan hiruk-pikuk kenduri demokrasi ini berhenti. aku hanya berharap semua kembali mengendap dan irama hidup kembali seperti lazimnya hari-hari. hingga jenuh. hingga meledak lalu kembali berputar dalam siklus demi siklus...

Friday, October 12, 2007

Selamat Lebaran


Selamat Lebaran..
Hari terus saja berganti, tak terasa kita tiba (lagi) di Hari ini. Mungkin kemarin-kemarin ada saja salah kata, laku atau hal yang tak berkenan di hati Tuan-tuan dan Puan-puan; karenanya Hamba yang alpa ini mohon dimaafkan...

Ramadhan kali ini berlalu, semoga kelak kita masih bisa berjumpa Ramadhan lagi..

Salam
-AKS-

Wednesday, October 03, 2007

::

-dfs
entah bagaimana menjelaskan semua ini. aku juga mulai ragu apakah ini rindu atau dendam?

mall baru



Dan tempat yang banyak dinanti orang--terutama pembelanja, itupun dubuka. tegak kokoh, berdiri dengan kubah dan hiasan beratus lampu seperti istana para sultan dari negeri dongeng. benderang gemerlap, dengan pintu yang membuka lebar menanti. ruang sejuk di dalamnya menunggu setiap pejalan yang singgah.

sejak dibuka, dengan takzim beratus orang berbaris rapi --mungkin dipenuhi rasa takjub dan decak kagum, memadati tempat itu. berjam-jam hingga tempat itu tutup tak putus-putusnya orang datang dan keluar sambil membawa beragam kantoing belanjaan...namun banyak juga yang keluar berjalan kaki tanpa membawa sepotong pun belanjaan. setelah puas melihat-lihat semua selasar dan etalase yang memajang mimpi mereka, mereka mungkin kembali berjalan kaki pada kehidupan mereka yang rutin dan biasa.

mall ataupun pusat perbelanjaan serupa itu, kadang kubayangkan sebagai oase bagi para pembelanja. sebagai sumber air di tengah gurun yang dinaungi pohon pohon kurma yang teduh, tempat para musafir yang melintasi gurun singgah untuk beristirah menghilangkan dahaga dan kemudian mengambil air secukupnya untuk bekal perjalanan melintasi panasnya gurun.

bagi kota yang nyaris tak memiliki tempat publik yang cukup representatif bagi warganya, maka mall lah tempat mereka bertemu, duduk-duku sejenak, berjalan-jalan dan melihat-lihat "wajah kota" yang sudah berdandan dan tampak cemerlang. disinilah warga yang letih melintasi kota yang kerontang untuk singgah mengais keteduhan sejenak sebelum kembali ke wajah kota yang sesungguhnya. sekedar mengobati mata yang jenuh. sekedar melegakan hati yang penuh. meski mereka tahu, itu jauh dari wajah kota yang mereka temui sehari-hari, setidaknya mereka melihat apa yang selama ini ingin mereka lihat; kita memang tak selalu harus melihat kenyataan kan?

tiba-tiba aku teringat gambaran tentang kapal alien di filem. kapal besar berlampu gemerlap yang singgah di sebuah padang yang senyap. lalu setelah awaknya berhasil membujuk para mahluk bumi, ratusan warga bumi kemudian berbaris diam dan teratur untuk masuk untuk menjalani cuci otak, lalu keluar lagi dengan rupa yang aneh dan ajaib...

Tuesday, September 18, 2007

selamat puasa


meski waktunya sudah tak tepat lagi; cuma mau mengucapkan selamat berpuasa. semoga bisa mengekang laku dan ucap kita yang mungkin saja sering tak terkendali. maafkan patik juga untuk hal-hal yang tak berkenan..

tabik

Sunday, August 05, 2007

sedikit de javu

menemukan tulisan-tulisan lama yang sempat tersimpan di komputer; seperti menemukan kembali ingatan yang terasa lain. seperti deja vu; tapi menemukan diri yang --juga terasa lain di waktu lampau. terasa agak sulit mengingat bagaimana semua tulisan itu kulahirkan. terasa agak sulit menelisiknya kembali. seperti menyusun kembali serpihan wajahku sendiri. meski berhasil mengingatnya, selalu saja ada yang terasa hilang; selaluada yang terasa tak terpasang dengan benar di tempatnya. tetap serasa ada yangtak lengkap.

maafkan ingatan manusia ini. maafkan mahluk yang alpa ini..

Wednesday, June 13, 2007

::


aku masih selalu bertanya kemana semua ini akan bermuara. maafkan, aku masih selalu berharap bisa tahu tentang sepotong takdir-Mu. aku lancang. padahal tak munngkin aku tahu. yang kutahu, bahwa semua suatu waktu akan berakhir; entah dimana. rupanya aku tak bisa jadi seperti alur sungai yang tenang menuju muara. mungkin aku hanya helai daun yang hanyut pada aliran-Mu. sesekali aku terdampar, selebihnya terseret kembali.

mungkin aku hanya debu. kami hanya debu

sepotong sajak

jika kau minta aku membuatkanmu sajak. maafkan aku; rasanya tak bisa kukekalkan semua yang kuindera tentangmu. biar semua alir. ketika sesuara yang lain lebur dan hanya degup jantung yang kudengar; itulah sajak yang terdalam bagiku.

aku selalu saja malu berdoa pada-Mu, meski kutahu betapa aku ini hina. aku selalu merasa tak pantas memohon; setelah semua yang telah kulakukan...

Friday, May 18, 2007

entah kenapa, selalu kubayangkan sosok itu datang membawa gada berduri. ia lalu mendera punggungku. aku tak mengenali wajahnya; hanya putih. tak jelas; selain gada logam berwarna putih kemilau dan duri-duri yang bergerigi. juga remuk di punggungku yang terasa luka.

::lupa

entah mengapa, belakangan ini rasanya susunan waktu di kepalaku kian tak tertib. selalu saja aku merasa; kejadian yang baru terjadi kemarin, sudah lama sekali. juga sebaliknya, kejadian yang sudah sekian lampau, rasanya baru kemarin. ingatan pada susunan kalender beserta hari, juga tak lagi terlalu rapi di memori-ku.

lupa? kenapa? apakah sel-sel di kepalaku sudah mulai aus tak lagi bisa merekam dengan baik? tapi lupa, rasanya seperti susunan pertahanan terhadap apa yang tak kita ingini sebenarnya? atau mungkin tak banyak lagi kesan yang terlalu dalam, belakangan ini, selain hanya rutinitas?

tapi terbuat dari apakah "kenangan"? mengapa ia susah lekang dari ingatan meski kita tak ingin ia ada? lalu mengapa kita tak bisa memilih mengenang sesuatu atau melupakannya?

biarkan lupa membebaskan kita. semoga ia bisa membebaskan kita...

Tuesday, May 08, 2007

berburu senja


"senja di pantai itu adalah yang terindah di asia!" kata temanku. " bukan!senja itu adalah yang terindah di dunia" kata temanku yang lain.

dan aku pun harus berburu senja. memburu bola merah yang menyala-nyala itu. pernah kubayangkan nyala itu sewarna tembaga yang dipakai raja zulkarnain, untuk memerangkap yajuj-majjuj di kaki langit; agar tak keluar memorandakan bumi ini atau seperti keping uang logam yang digantungkan di dinding langit yang lembayung.

aku berburu. dari salah satu tanah tinggi di timur kota, aku melihatnya di kejauhan. menggantung di atas kota yang dipenuhi gedung dan lalu-lalang kendaraan. tapi ia hanya putih, kuning cahayanya, ditutupi awan yang membiaskan sinarnya melebar. ah tak cantik.

(aku yakin cuaca bisa saja seperti wanita; tak bisa diduga, tak bisa dipercaya. ia bisa berubah cepat. atau mungkin saja senja kali ini atidak buatku)

lalu aku mengejarnya ke tepi pantai. di pelataran beton serupa dermaga ini kulihat kuning bersih menggantung di langit barat. di sekelilingnya; langit serupa sehampar kanvas yang baru saja disiram warna jingga, di bagian tepi cakrawala, langit gelap warna lembayung.

ini sempurna!! kunanti potong-sepotong tenggelam di laut yang mulai gelap. kutunggu garis jejaknya di atas ombak yang pasti sampai ke pantai. serupa jalan emas.


waktu seteguk teh, cepat ia tenggelam. tapi ia tenggelam tepat di balik pulau bongkah pulau yang segera menjelma siluet disorot senja.

ah senja yang tak sempurna!!

lalu aku memburunya keesokan harinya. dan menjelang sore; hujan turun dengan deras. kota gelap lalu basah. hingga keesokan harinya. senja juga tak terlihat.

setelah sekian lama sering berburu senja; senja yang sempurna mungkin saja seperti jodoh. hanya indah,ketika waktunya tepat. ketika orbit senja yang sempurna, bersinggungan dengan orbit hidupmu. meski kau mengejarnya, dengan hati yang dipenuhi keriangan; ia bisa saja muncul dengan rupa yang tak kau harap, ketika ia tak berpihak padamu. namun jika semuannya tepat bersinggungan dengan tepat; maka ialah keriangan yang serasa lengkap!! hatimu penuh dengan warnanya.

"mengapa senja indah, karena ia sebentar." kata SGA. hingga kalau saja bisa senja digunting dan ditaruh di selembar kartu pos; agar ia kekal dan bisa ditengok kapanpun kita ingin. senja tak kekal --kecuali di negeri senja-nya SGA.

keriangan yang fana, ah senja...

(kekasihku, kalau saja senja bisa kekal pada matamu)

Friday, May 04, 2007

::ritual bugis-tionghoa/ pencampuran dua budaya


(*)

aksi "bissu" atau pendeta bugis kuno/ yang menikam tubuhnya saat upacara yang mereka adakan mencapai klimaks/ mungkin lazim dalam tradisi bugis// namun jika yang turut melakukannya adalah komunitas tionghoa/ bersama bissu/ menunjukkan pencampuran budaya yang telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu

++++

menjelang acara mattemu taung atau upacara penghormatan pada leluhur ini diadakan/ liem keng boe/ atau haji ismail daeng nai atau yang lebih dikenal baba sanro/ sudah turut berdandan bersama 3 orang bissu utama dari segeri/ termasuk bissu saidi yang disebut sebagai puang matoa bissu/ atau pimpinan dari bissu segeri (orangnya yang kurus kecil)//

seiring tabuhan gendang yang berirama khas/ pelan-pelan para bissu bersama baba sanro berjalan ke depan ruangan tempat arrajang-nge (lafalnya "e" pepet) dipasang// arrajangnge ini adalah benda yang dikeramatkan/ yang dipercaya sebagai tempat ruh leluhur beristirahat// sebelumnya/ di depan arrajangnge telah disiapkan berbagai sesaji dari kue tradisional/ buah/ ayam/ hingga kepala kerbau dan sapi yang merupakan persembahan bagi leluhur//

saat upacara mulai/ puluhan kerabat baba sanro sudah datang untuk menyaksikan upacara// sebagian lainnya sudah datang setiap tahunnya sebagai bagian dari acara keluarga besar baba sanro// sedang sebagian lainnya datang untuk mengharap berkah//

setelah membakar dupa dan membaca doa dengan khusyuk/ baba sanro bersama ketiga bissu ini mulai menarikan tarian para bissu/ atau disebut "mabbissu" dengan berputar di depan sesaji lainnya yang ditudungi kain khusus//

irama gendang kian cepat dan satu persatu bissu dan baba sanro mulai menghunus keris keramat yang semula terpasang dipinggang/ kemudian menusukkannya ke tangan/ leher dan perut mereka tanpa terluka sedikitpun// prosesi menusukkan senjata tajam/ yang selalu dilakukan bissu dalam upacara mereka ini/ disebut "maggiri"// saat upacara ini berlangsung banyak keluarga yang terkejut dengan prosesi maggiri ini//

acara yang biasanya diadakan saat bulan syafar dalam penanggaalan hijriyah ini/ sudah sejak 40 tahun lalu diadakan oleh keluarga baba sanro/ yang keturunan tionghoa/ memang menghadirkan bissu/ atau komunitas pendeta bugis kuno seperti yang diceritakan dalam epos la-galigo//

upacara ini menjadi unik karena menunjukkan adanya pencampuran budaya antara tionghoa dan bugis// pencampuran budaya ini berlangsung saat leluhur baba sangro/ keturunan tionghoa yang tiba di tanah luwu/ sulawesi selatan/ dan kemudian menikah dengan keluarga ke-datuan luwu/ salah satu kerajaan besar di tanah bugis//

dalam keragaman budaya indonesia yang sangat beragam/ akulturasi budaya semacam ini terus berlangsung// saling mewarnai/ saling memperkaya/ tanpa ada benturan yang berujung pada kekerasan//

namun jika kita tak pandai menghargai keberagaman/ entah sampai kapan upacara yang menghadirkan beragam warna etnik serupa mattemu-taung ini/ tetap mewarnai perjalanan bangsa indonesia///

tanggal : 4 mei 2007
====
*ini dari berita untuk stasiun tivi, beberapa tanda baca mungkin tidak familiar. “/” menunjukkan koma “,”. tanda “//” berarti titik “.”

Tuesday, May 01, 2007

selamat hari buruh, Samurai (stringer) !!!



kubayangkan mereka sebagai "samurai" yang menjadi barisan terdepan yang menjaga para "shogun".

meski para shogun, yang menjadi wakil di daerah dari "kekaisaran media" di kantor pusat di ibukota, masih lelap di pagi hari, atau tertidur di rumah mereka yang nyaman di malam hari, para "samurai" inilah yang berjaga, kalau saja ada "liputan" (bayangkan ini sebagai kekayaan di alam) yang bisa mereka temukan untuk bisa dikirim ke kantor pusat (bayangkan sebagai kekaisaran) agar ditayangkan/dimuat..

(nama para samurai ini bahkan kadang tak disebut--hanya nama para shogun).

setiap liputan ini dibayar oleh kantor pusat (kekaisaran), sekian persen buat para samurai ini. meski mereka sebagian besar bukan "samurai terlatih", namun sebagian besar dari samurai ini, tetap berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. mereka biasanya " learning by doing", dengan mengambil pelajaran di lapangan, serta pengalaman dari orang-orang yang lebih tua..sebagian terkadang memilih berpindah dari shogun satu ke shogun lainnya. sebagian lainnya pernah keluar dan menjadi "ronin" atau samurai tanpa tuan, dan bebas menjual apapun yang dimilikinya kepada para shogun..

jika ada samurai yang terluka atau terbunuh, tentu saja shogun segera mencari ganti. agar roda terus berputar. hampir tak ada sesal, tak ada yang terlalu peduli.

+++++

tadi beberapa koresponden dan kntributor berunjukrasa menuntut perbaikan nasib bagi para "buruh" media. namun saat mereka pulang, aku hanya bisa meringis. aku tahu, tak ada yang membicarakan nasib c****, m****, r****, N**, m*****, i***, dan semua yang hanya sering disebut "stringer" ---bahkan kadang sebagai "stranger"; orang asing.

di beberapa daerah, posisi yang kebanyakan ada di stasiun televisi ini, bahkan disebut "tuyul", karena biasanya tak tercatat dalam redaksi di kantor pusat (kecuali dikenal sebagai "anggota" dari koresponden di daerah), namun mengabdi sebagai pencari berita, atau mungkin mesin uang dari koresponden dan kontributor...biasanya mereka dibayar hanya sepersekian dari rupiah yang dibayarkan ke koresponden dari tiap berita yang dimuat (ditayangkan).

aku pernah menjadi "tuyul", "stringer", atau orang asing, meski aku masih tetap merasa beruntung, namun sedikit banyak aku tahu bagaimana rasa berada di posisi itu.
hampir tak ada perjanjian. hanya ada pembayaran setiap akhir bulan. terkadang ada pemberian tertentu dari koresponden/kontributor tempat mereka mengabdi.

namun satu yang jelas, tak ada batasan hak dan kewajiban!!! tak ada yang menanggung resiko yang mereka hadapi di lapangan! tak ada jaminan ketika mereka terkena batu, pukulan atau luka, saat mereka mencari berita untuk "dijual" kepada koresponden.

--aku teringat seorang kawan yang menolak perintah kantor pusat untuk mencari stringer, karena takut kalau saja stringer tersebut ada apa-apa, terus tidak tahu siapa yang harus menannggung resiko yang terjadi padanya.

+++++
mereka para samurai, juga patut diperjuangkan; meski itu agar bisa menjadi shogun suatu waktu. selamat hari buruh tuan-tuan stringer. selamat hari buruh, para samurai!!!!

Thursday, April 12, 2007

:s
kalau saja kau tahu, betapa binar matamu yang kekanakan itu demikian kurindukan.
mata yang menajamkan bilah-bilah rindu didadaku.

adam air


kemarin sempat melintas di dekat pantai lojie, barru, sulawesi selatan, tempat serpihan pertama pesawat naas adam air ditemukan. banyak cerita di dalamnya saat turut terlibat dalam pencarian. letih, demam, tawa, dan certa yang diam-diam lindap di kenangan.
namun dimanakah 102 nyawa yang ada di dalam KI-574 itu? (bagaimanakah kini rupa mereka yang hilang itu) kata sebuah kabar, mereka ada di dasar laut perairan mejene-sulawesi barat, kedalaman 2000 meter dan tertimbun sedimen pasir. mereka dimakamkan oleh laut. dan para kerabat hanya bisa menabur bunga.

ah, betapa kita semua memang fana...

::a morning in pasarcidu

Roda-roda becak berputar, memantulkan kilau lampu yang mulai tenggelam ditelan cahaya pagi. Bergerak mengikutri kayuhan pedal sang pengayuh yang mengantar orang-orang mencari hidupnya. Seperti ia yang mengayuh roda rezekinya. Satu satu, kadang sepasang orang lalu-lalang melintasi jalan yang mulai berderak. Hidup mulai berdenyut. Langit mulai terang. Di timur matari mulai terang kemerahan, sinarnya mengintip dari atap-toko dan lorong-lorong di pasar cidu.

Uap kopi, mengapung di dalam ruang. Meja-meja mulaio diisi orang-orang yang singgah. Lelaki berjaket katun tebal, menaikkan kerah, mencoba melindungi lehernya dari gigitan angin pagi. Kelompok bapak-bapak berkopiah, seorang menyampirkan sorban di bahunya, menyeruput sisa kopi kental di gelasnya; membiarkan kafein menyesap di sela-sela sisa giginya yang telah aus digerus usia. Lainnya berbincang tentang malam, tentang bahagian hidup yang telah usai. Tentang riuh rendah hidup yang masih mengusik.

Jam berdetak pelan. Di luar lampu mulai satu per satu padam.

Seorang lelaki lainnya termenung, menghisap rook dengan gerakan tangan yang hampir mekanis, seperti gerakan yang tak disadarinya, tak diingininya. Ia hanya membiarkan asap keluar dari mulutnya. Di depannya, gelas kosong dengan warna kuning telur di dasarnya. Apalagi kalau bukan telur ayam kampung setengah matang, yang dipercaya sebagai makanan penambah gairah hidup. Telur unggas kental, yang kerap dipercaya pengganti tenaga seusai persetubuhan yang melelahkan. Kuning telur yang belum matang betul, seperti akan kembali melumasi sendi yang longgar.

Hari mulai lagi di pasar cidu. Tentu dengan warna yang tak pernah sama.
(suatu pagi, ketika tak bisa lelap hingga malam usai)

dogtag dan kenangan


“saya percaya, setiap peluru, memuat namanya sendiri..”
::ucapan seorang kawan ketika ia bercerita tentang orang-orang yang mati saat menjalankan tugas peliputan.

Kalung dog-tag. Kalung yang liontinnya bertuliskan nama, golongan darah, dan beberapa informasi penting lainnya. Kalung ini banyak digunakan tentara amerika saat Perang Dunia ke-2, sebagai penanda kalau saja pemiliknya ditemukan mati, agar identitas mereka bisa segera dilacak. Meski jasadnya tak utuh lagi, setidaknya liontin dari logam tipi situ bisa menunjuk nama, kesatuan, ataupun asal jasad itu. Biasanya setiap dog-tag, akan turut dikembalikan kepada keluarga sebagai tanda kalau pemilik kalung tersebut telah dimakamkan di tempat ia berpulang.

Saat memutuskan memakai ini, aku tersadar kadang benda ini demikian menakutkan. Betapa tidak, Kalung ini memang diharapkan bisa menjelaskan siapa diriku –beserta golongan darah yang kubutuhkan kalau aku terluka parah, dan tak mampu lagi menjelaskan “diriku sendiri”.

Meski di setiap “scene” dari hidup ini, nasib buruk bisa saja selalu menyertai, namun toh jikapun itu terjadi, aku hanya bisa berharap kalau benda ini utuh dan bisa sedikit membantu menjelaskan diri (atau jasadku). Jika aku mati dan hilang di sebuah tempat, kuharap kalung berusaha menjelaskan kepada yang menemukanku, kalau aku memiliki tempat yang kuingin; aku dipulangkan ke sana.

Dan mungkin semua yang mengenakan benda sejenis ini, semisal gelang baja, ataupun penanda lainnya, mungkin memiliki harapan yang serupa. Agar jasad ini bisa dikembalikan kepada keluarga, untuk dimakamkan dengan layak. Sebagai tempat berziarah. Tempat orang sesekali dating, dan sedikit mengurai kenangan. Meskipun itu hanyalah harapan dari aku, ataupun mereka yang masih hidup, sebab yang mati, tak lagi berhak berkehendak.

Saturday, February 17, 2007

telaga matamu

::senja
selalu kubayangkan matamu serupa telaga
tempat aku pulang dan bercermin,
mencari kembali wajah ini, setelah didera letih

telaga yang memerangkap kuning matari
menjadikannya senja yang abadi.
riak emas seperti tari hari
yang mengajakku tenggelam pada dasarnya.

adakah kau adalah senyapnya rimbun hutan
tempat aku berlindung dari hiruk-pikuk
dari dunia yang terus berderak pekak.

kaulah tempat aku diam, seperti malam
dimana aku lelap tenteram.

Friday, January 19, 2007

letih

belasan hari berada di hiruk pikuk pencarian adam air, rasanya kini hari-hari telah jadi rutin. bangun pagi dengan harapan bangkai logam itu segera ditemukan;dimanapun ia berada beserta 102 jenazah yang telah berbentuk apa. meski telah ditemukan ratusan serpihan pesawat, namun tubuh-tubuh itu dimanakah? jika saja masih terikat di kursi di tubuh pesawat yang masih utuh di sebuah tempat yang entah; sampai kapankah mereka menunggu..

(selalu aku tak bisa membayangkan detik-detik ketika pesawat yang akan mengantar mereka, tiba-tiba bergerak, bergolak, lalu poranda di udara. juga wajah-wajah yang pernah demikian menggoda, serupa apakah kini? para pengantin yang mungkin masih menyimpan impian malam-malam penuh gairah di hidup mereka. para pendeta yang tak membayangkan jalan ke surga terasa demikian menyiksa. ibu. ayah.

ini hari ke sekian, dan aku rasanya berada di pusaran yang terus bergerak. terasa letih, tapi pusaran terus bergerak. aku tak tahu akan kemana.
sudah lama sekali aku tak bertemu ibu. aku letih sekali tuhan..

Saturday, January 06, 2007

hujan

aku selalu ingin mengirimimu hujan setiap malam
agar kau lelap mendengar titiknya menari di atap
seperti lulabi dari masa kanakmu

aku selalu ingin mengirimimu hujan
agar kau tentram dalam peluknya
seperti bocah yang pulas setelah lelah bermain seharian..

selamat tidur
2006

tahun kalabendu

memasuki usia yang kian tua; tahun ini rasanya aku kian mengerti mengapa hidup sering disebut demikian renta. kata sang sepuh, tahun ini mungkin saja episode kalabendu, dimana semua bala bertemu dan hidup --rasanya seperti menjelma rupa sebagai sesuatu yang sarkastik.

semoga harapan tetap hidup di hati kita, meski didera segala coba...

selamat tahun baru