Saturday, November 17, 2007

kenduri pun usai


seperti kenduri, pemilihan kepala daerah atau gubernur sulawesi selatan akhirnya selesai. setelah berbulan-bulan para peserta beserta sepasukan legiun andalan dan semua sumberdaya yang mereka miliki berusaha membujuk, meyakinkan, bahkan membeli kepercayaan orang-orang sulawesi selatan agar menunjuk mereka sebagai pengurus wilayah yang terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur dan Luas wilayahnya 62.482,54 km² ini. mungkin saja itu menarik, sebab menurut wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan), hingga Juni 2006, ada warga sebanyak 7.520.204 jiwa yang akan mematuhi mereka sebagai paduka raja..
namun setelah sekian lama, pesta pun selesai, dan hanya ada sepsang dari 3 pasang yang berusaha naik ke tahta tertinggi. dan 2 lainnya tentu saja harus maklum bahwa kenduri ini telah usai, dan sudah waktunya mereka kembali ke kehidupan mereka yang biasa. kembali menjadi warga yang baik dan taat, tentu saja.


tapi tentu saja, selalu ada yang lain. seperti di masa kanak-kanak dulu, kadang kita tak betul rela jika kalah main kelereng atau berebut layangan putus. kita mungkin saja berusaha merebut kembali kelereng kita. atau yang paling buruk, merobek layangan yang sudah tergenggam di tangan teman kecil kita..

dan hampir serupa rasanya, setiap hari, ada saja gerombolan massa dengan suara yang memekakkan datang memprotes, karena merasa dicurangi oleh wasit yang dianggap berat sebelah dan memihak. mungkin saja ada yang keliru, atau curang tapi aku selalu merasa tak ada yang tak curang dalam permainan ini. dalam politik, kemenangan adalah muara semua yang telah diusahakan --dengan cara apapun. serupa dalam perang, adakah cara yang layak atau tak layak selain memenangkan pertempuran-demi-pertempuran hingga perang selesai.

selesai, dan, seperti kata kawanku, tak ada kehormatan bagi yang kalah. seperti sejarah, ingatan hanya bagi pemenang. yang kalah, suka atau tidak, akan segera dilupakan. speperti mengejar debu, kita tak pernah betul-betul tahu apa yang kita kejar akan kita genggam. betap semua demikian nisbi. politic is the art of possibilities.

aku tak tahu, akan kemana semua ini. aku hanya di sini, menunggu hingga debu yang mengepul ke udara, yang disebabkan hiruk-pikuk kenduri demokrasi ini berhenti. aku hanya berharap semua kembali mengendap dan irama hidup kembali seperti lazimnya hari-hari. hingga jenuh. hingga meledak lalu kembali berputar dalam siklus demi siklus...

No comments: