Thursday, April 12, 2007

dogtag dan kenangan


“saya percaya, setiap peluru, memuat namanya sendiri..”
::ucapan seorang kawan ketika ia bercerita tentang orang-orang yang mati saat menjalankan tugas peliputan.

Kalung dog-tag. Kalung yang liontinnya bertuliskan nama, golongan darah, dan beberapa informasi penting lainnya. Kalung ini banyak digunakan tentara amerika saat Perang Dunia ke-2, sebagai penanda kalau saja pemiliknya ditemukan mati, agar identitas mereka bisa segera dilacak. Meski jasadnya tak utuh lagi, setidaknya liontin dari logam tipi situ bisa menunjuk nama, kesatuan, ataupun asal jasad itu. Biasanya setiap dog-tag, akan turut dikembalikan kepada keluarga sebagai tanda kalau pemilik kalung tersebut telah dimakamkan di tempat ia berpulang.

Saat memutuskan memakai ini, aku tersadar kadang benda ini demikian menakutkan. Betapa tidak, Kalung ini memang diharapkan bisa menjelaskan siapa diriku –beserta golongan darah yang kubutuhkan kalau aku terluka parah, dan tak mampu lagi menjelaskan “diriku sendiri”.

Meski di setiap “scene” dari hidup ini, nasib buruk bisa saja selalu menyertai, namun toh jikapun itu terjadi, aku hanya bisa berharap kalau benda ini utuh dan bisa sedikit membantu menjelaskan diri (atau jasadku). Jika aku mati dan hilang di sebuah tempat, kuharap kalung berusaha menjelaskan kepada yang menemukanku, kalau aku memiliki tempat yang kuingin; aku dipulangkan ke sana.

Dan mungkin semua yang mengenakan benda sejenis ini, semisal gelang baja, ataupun penanda lainnya, mungkin memiliki harapan yang serupa. Agar jasad ini bisa dikembalikan kepada keluarga, untuk dimakamkan dengan layak. Sebagai tempat berziarah. Tempat orang sesekali dating, dan sedikit mengurai kenangan. Meskipun itu hanyalah harapan dari aku, ataupun mereka yang masih hidup, sebab yang mati, tak lagi berhak berkehendak.

No comments: