Friday, May 04, 2007

::ritual bugis-tionghoa/ pencampuran dua budaya


(*)

aksi "bissu" atau pendeta bugis kuno/ yang menikam tubuhnya saat upacara yang mereka adakan mencapai klimaks/ mungkin lazim dalam tradisi bugis// namun jika yang turut melakukannya adalah komunitas tionghoa/ bersama bissu/ menunjukkan pencampuran budaya yang telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu

++++

menjelang acara mattemu taung atau upacara penghormatan pada leluhur ini diadakan/ liem keng boe/ atau haji ismail daeng nai atau yang lebih dikenal baba sanro/ sudah turut berdandan bersama 3 orang bissu utama dari segeri/ termasuk bissu saidi yang disebut sebagai puang matoa bissu/ atau pimpinan dari bissu segeri (orangnya yang kurus kecil)//

seiring tabuhan gendang yang berirama khas/ pelan-pelan para bissu bersama baba sanro berjalan ke depan ruangan tempat arrajang-nge (lafalnya "e" pepet) dipasang// arrajangnge ini adalah benda yang dikeramatkan/ yang dipercaya sebagai tempat ruh leluhur beristirahat// sebelumnya/ di depan arrajangnge telah disiapkan berbagai sesaji dari kue tradisional/ buah/ ayam/ hingga kepala kerbau dan sapi yang merupakan persembahan bagi leluhur//

saat upacara mulai/ puluhan kerabat baba sanro sudah datang untuk menyaksikan upacara// sebagian lainnya sudah datang setiap tahunnya sebagai bagian dari acara keluarga besar baba sanro// sedang sebagian lainnya datang untuk mengharap berkah//

setelah membakar dupa dan membaca doa dengan khusyuk/ baba sanro bersama ketiga bissu ini mulai menarikan tarian para bissu/ atau disebut "mabbissu" dengan berputar di depan sesaji lainnya yang ditudungi kain khusus//

irama gendang kian cepat dan satu persatu bissu dan baba sanro mulai menghunus keris keramat yang semula terpasang dipinggang/ kemudian menusukkannya ke tangan/ leher dan perut mereka tanpa terluka sedikitpun// prosesi menusukkan senjata tajam/ yang selalu dilakukan bissu dalam upacara mereka ini/ disebut "maggiri"// saat upacara ini berlangsung banyak keluarga yang terkejut dengan prosesi maggiri ini//

acara yang biasanya diadakan saat bulan syafar dalam penanggaalan hijriyah ini/ sudah sejak 40 tahun lalu diadakan oleh keluarga baba sanro/ yang keturunan tionghoa/ memang menghadirkan bissu/ atau komunitas pendeta bugis kuno seperti yang diceritakan dalam epos la-galigo//

upacara ini menjadi unik karena menunjukkan adanya pencampuran budaya antara tionghoa dan bugis// pencampuran budaya ini berlangsung saat leluhur baba sangro/ keturunan tionghoa yang tiba di tanah luwu/ sulawesi selatan/ dan kemudian menikah dengan keluarga ke-datuan luwu/ salah satu kerajaan besar di tanah bugis//

dalam keragaman budaya indonesia yang sangat beragam/ akulturasi budaya semacam ini terus berlangsung// saling mewarnai/ saling memperkaya/ tanpa ada benturan yang berujung pada kekerasan//

namun jika kita tak pandai menghargai keberagaman/ entah sampai kapan upacara yang menghadirkan beragam warna etnik serupa mattemu-taung ini/ tetap mewarnai perjalanan bangsa indonesia///

tanggal : 4 mei 2007
====
*ini dari berita untuk stasiun tivi, beberapa tanda baca mungkin tidak familiar. “/” menunjukkan koma “,”. tanda “//” berarti titik “.”

No comments: