Friday, October 24, 2008

Daeng Saodah dan Yang Wafat

Beberapa pagi yang lalu, selepas sholat subuh. Suara dari pengeras masjid mengumumkan; " Innalillahi wainna ilaihi rojiun....telah berpulang.." Satu lagi seseorang di sekitar Pasarcidu tutup usia. Meski aku selalu terhenyak mendengar suara itu.. kadang kurasakan mereka sebagai orang yang beruntung; dijemput Maut dalam dini hari yang senyap..

Entah mengapa, aku teringat daeng Saodah. Perempuan bertubuh kecil yang mungkin seusia almarhum nenek. Di ingatanku, entah sejak kapan ia mulai menjual kelapa dan beragam hasil lain dari kelapa sampai gula merah, di depan rumah nenek. Diingatanku yang tersisa, saat masih kecil, sebelum aku berangkat ke taman-kanak-kanak, nenekku sering mencelup tangannya ke minyak kelapa yang dijual daeng saodah lalu mengusapnya ke rambutku hingga mengkilap basah. meski kadang wanginya terasa sengak di hidungku yang kecil, aku tak bisa menolak. sering juga uang jajanku diambil dari uang logam di keranjang daeng saodah, kalau saja nenekku tak punya uang kecil.

Aku tiba-tiba mengingatnya saat mendengar pengumuman mencemaskan di pagi buta itu. aku teringat kebiasaan Daeng Saodah, Setiap ada orang yang meninggal, di sekitar pasarcidu, ia pasti selalu hadir untuk bertakziyah dan memberikan sumbangan sekedarnya, meskipun ia sama sekali tak mengenal orang itu. Ia hanya datang mendengar ceramah tentang kematian, ataupun mungkin berbincang sedikit dengan sesiapa yang mungkin saja dikenalnya di tempat itu.

Jika ditanya mengapa ia hadir padahal ia tak mengenal si fulan yang meninggal, ia hanya tersenyum. tak banyak bicara. Ia tak bercerita tentang silaturahmi ataupun "jaringan" yang rumit, apalagi tentang adat ketimuran dan kohesi sosial. Menurutnya sudah seharusnya begitu jika ada yang wafat,tak lebih.

Mungkin ia datang, meski itu sekedar utnuk menunjukkan betapa ada yang hendak mengenang kehidupan seseorang yang berharga. Mengenang sesuatu yang pernah berarti saat semuanya usai. Atau ia hanya datang, mungkin untuk sekedar mengingat maut. Mengingat sesuatu yang diam-diam menunggu waktu kita. Yang Diam menunggu detik dengan presisi yang rasanya tak mungkin bergeser, meski itu sepersekian sekon...

Aku teringat daeng saodah.

No comments: