"sebuah tempat sebagai tepi dari semuanya. sebuah tempat pulang, menemukan diriku sendiri yang kutinggalkan.."
Saturday, February 23, 2008
"nenek, telah setahun"
setahun yang lalu, nenek berpulang. sekedar mengingat betapa ia membenci kalau aku mulai memanjangkan rambut atau ketahuan menghisap batangan tembakau.
untuk urusan rambut, menurutnya rambut yang terbaik adalah yang pendek-cepak,potongan ala militer. mungkin ia menyaksikan bagaimana BKR (badan keamanan rakyat) atau Tentara Keamanan Rakyat atau mungkin ABRI (angkatan bersenjata republik indonesia) di masa awal indonesia baru merdeka --berjalan memasuki kampung demikian gagah. tentara-tentara negara masuk menumpasi pergerakan DI-TII atau di kampung ku disebut "gerombolang". ia mungkin berpikir, dengan cepak, cucunya akan terlihat gagah. dulu, aku sering dibawanya untuk bercukur pada tukang cukur langganan kakek yang membuka tempat cukur di atas kanal besar yang melewati pasar cidu.
soal tembakau, menurutnya akan lebih bagus kalau uang untuk membeli tembakau itu kubelikan kue atau sesuatu yang mengenyangkan lainnya. pun jika aku merokok karena telah punya uang untuk membeli tembakau, akan lebih baik kalau uang itu kuberikan padanya --meski aku tahu, ia tak lagi betul-betul memerlukan uang. ia tak tahu tentang beraneka jenis kanker yang menumpang di tar dan nikotin yang setiap hari kuhisap itu.
telah setahun, masih kuingat bagaimana di hari itu, sebelum ia berpulang, ia kubangunkan dari pembaringannya agar bisa memakan bubur instan yang telah disiapkan untuknya. beberapa waktu sebelum ia benar-benar sakit; lupa telah menyergap ingatannya lebih dulu. ia tak lagi ingat siapa aku sebenarnya. meski ia tahu aku adalah kerabatnya, namun baginya aku adalah orang yang datang dari kampung halaman kami. setiap aku menjenguknya, ia selalu memintaku agar bermalam; dengan pandangan aku sebagai orang yang jauh.
dari situ semuanya berjalan, hingga tepat setahun yang lalu, ia akhirnya berpulang. kembali pada Yang meniupkan Roh padanya.
banyak yang masih lekat tentangnya, semua masih berdiam di benakku. mungkin hingga kelak, lupa juga menyergap. mencacah ingatanku ini. sebagaimana lupa akan selalu mengintai dan mencabik-cabik ingatan-ingatan kita. kelak, kepadamu semua, aku selalu memohon maafmu, kalau saja aku mulai melupakanmu.
("nek, kini aku mulai memanjangkan rambut dan terus saja menghisap berbatang-batang rokok setiap hari")
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
sy setuju dgn alm.nenek..cepak lebih bagus drpd gondrong.hidup rambut pendek!!--hehee..nda pentingnya di'--
Yang penting,... gonrongnya kreenji, mungkin itu pesannya alm nenekmu ahmad yg kau lupa tulis, atau tidak kau ingatmi iya pesannya yg itu. hahahahaha. Lain kali jgn isap tembakau lagi tapi cengkehmo....
Post a Comment