"sebuah tempat sebagai tepi dari semuanya. sebuah tempat pulang, menemukan diriku sendiri yang kutinggalkan.."
Wednesday, June 15, 2005
Kanak-kanak dan Waktu di Pasar Cidu
Begitu Senja jatuh, dan malam temaram. Lampu jalan yang redup kekuningan, mulai menerangi jalan seperti sorot lampu yang menyorot panggung. Dan satu lagi kehidupan dimulai. Berputar dalam beratus adegan berwarna buram. Anak-anak di satu jalan di pasar cidu.
Selalu lakon; anak-anak di kala senja.
Beberapa anak mulai berkejaran. Dengan baju dekil, dan wajah yang masih meyisakan bedak yang dipupur seadanya setelah mandi sore. Mereka sedang bermain petak umpet sambil mengendap-endap, mereka saling cari-sembunyi. Setelahnya, kemudian mereka tertawa-tawa.
Ah, bocah itu, beberapa tak terasa telah menginjak sekolah dasar, sebagian bahkan sudah hampir tamat. Padahal masih kuingat, di antara mereka, masih sempat kugendong saat suaranya masih serupa mantra-mantra tak jelas. Yang lain, aku bahkan tak lagi mengingat apa ia lahir di pasar ini, atau ia anak salah seorang migran di sini yang tiba beberapa waktu lalu. Entah.
Aku teringat Aco. Anak lelaki, yang masih sekolah dasar. Ia meninggal setelah tertabrak sepeda saat bermain di jalan ini. Dadanya biru-lebam karena terbentur stir sepeda. Ia tak sadarkan diri beberapa saat lalu meninggal.
Serasa ada yang menarikku ke masa lampau. Betapa semua demikian singkat. Tak terasa. Di pasar ini, hidup lahir, beranjak, lalu usai. Kadang tak terasa. Betapa semua terkadang terasa demikian nisbi. Dan hidup bergulir dari kanak-kanak ini. Betapa getir. Betapa ringkih serupa pepasir.
Dari suatu senja
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
KEMATIAN ADALAH sesuatu yang niscaya dan mustahil bagi
pikiran manusia, begitu tulis André Comte-Sponville
dalam bukunya The Little Book of Philosophy. Niscaya
karena setiap momen dalam hidup ditandai oleh
kematian; mustahil karena kematian adalah misteri,
nyaris tak ada yang bisa dipikirkan manusia tentang
hal itu.
memang kita' (bahasa sopannya orang bugis bukan untuk kata jamak aku dan kamu) sudah tua puang ahmad, romantisme selalu indah diusia yang senja
ha.....ha.....ha.....
pasar cidu' dimana? sepertinya senja di sana menarik ^_^
Post a Comment