Monday, August 25, 2008

selepas perkawinan seorang kawan di benteng rotterdam

::bz

musik mengalun. mengalir dalam angin yang menyisir dinding-dinding batu yang tegak mengelilingi kita. di bawah sorot lampu kekuningan yang menyepuh setiap wajah serupa emas agar tampak bahagia, aku serasa membaca gurat cemas di dalam matamu, kawanku.

apa yang hendak kau katakan? apa yang kau takutkan? kau khawatir pada usia kita yang terus menetes habis seperti dalam jam pasir? jika hidup rasanya tak berpihak pada pejalan-pejalan seperti kita, apakah kita harus menyalahkan hidup yang fana ini? bukankah kita hanya berebut mengecap yang nisbi?

kawanku, aku tak menyangkal kalau aku kadang bertanya; di dada siapakah bagian rusukku yang lain tertanam, tetapi janganlah terlalu cemas. perempuan itu masih dipingit Tuhan untukmu, dan mungkin juga untukku.

kawanku, setelah malam yang berangin ini, percayalah pada pemilik semesta ini. juga Ia yang memiliki setiap rahasia kita.

ps: v, maafkan, mengapa kau berada di sana; dan anakan rambut di dahimu membutku tertegun..

3 comments:

Anonymous said...

saya tau, tulisan ini dikau buat karena itu juga yang menjadi kegelisahanmu bersama seorang kawan di tvone hehehe...

Anonymous said...

kapan nikah, ahmad? saya pikir dikau cukup tampan, pasti tidak sulit memilih calon hahaha...

Anonymous said...

rasanya sedih sekali melihat tulisan-tulisan di blog mu om. mungkin kita perlu keluar nonton pelem sekali-kali. hakhahaha, tapi pastinya saat diriku tidak sedang jaga.