"sebuah tempat sebagai tepi dari semuanya. sebuah tempat pulang, menemukan diriku sendiri yang kutinggalkan.."
Tuesday, January 29, 2008
soeharto dan spongebob
pagi. pasarcidu baru mulai menggeliat. orang belum ramai lalu lalang. hanya beberapa pedagang yang baru menyiapkan dagangan mereka. sebagian terlihat hati-hati membuka bungkusan dagangan yang mereka kemasi setiap pasar usai. seperti membuka benda yang rapuh. seperti membuka harapan yang retas.
terbangun lebih cepat dan tidak bisa lagi tidur pagi seperti biasanya, maka kunyalakanlah televisi. berharap ada yang menarik yang disajikan kotak ajaib itu pagi ini. aku berharap ada cerita yang menarik pagi ini --sekedar menemaniku minum kopi hitam dan merokok. namun meski sudah hari kedua berselang, kotak ajaib itu tampaknya hanya menyediakan menu yang itu-itu juga; pemakaman suharto --orang yang pernah paling berkuasa di indonesia. semua tampak dengan hanya sedikit variasi. ada presiden susilo bambang yudhoyono yang membacakan pidato pelepasan jenazah yang sebentar lagi ditimbun tanah. ada yang bercerita tentang masa lalu yang gilang gemilang di bidang pertanian. ada yang bercerita tentag seorang pencopet yang kedapatan hendak mengais rezeki di pemakaman suharto di astana giribangun. ada yang bercerita tentang keputusan suharto yang memutuskan mantan presiden sukarno--pendahulunya dan juga pendiri bangsa ini, agar dimakamkan di blitar, jawa timur. dan bukan di istana batutulis, bogor, sebagaimana yang diwasiatkan. dan banyak lagi.. sebagian besar sepertinya sementara menegaskan kalau mereka masih setia pada bapak pembangunan ini. sebagian bahkan mengiringi dengan lagu-lagu heroik. salah satu kanal bahkan seperti mencoba memaksakan kalau "pak harto" adalah pahlawan yang harus
dipuji -agar kita tak lupa padanya dibandingkan superman ataupun batman.
aku seperti disergap jenuh. aku mengganti-ganti kanal dan kutemukan menu yang menurutku lebih menarik;spongebob and squarepants. dan aku seperti hanyut melihat film kartun dengan tokoh berwarna kuning ini (seperti warna dominan partai golkar, partai dominan di masa daripada pak harto berkuasa --namun ini tak membosankan rasanya) semuanya mengalir hingga film kartun ini selesai --musik penutup film kartun ini bahkan sempat membuatku turut bersenandung mengikuti irama yang kupikir seperti melodi petikan gitar.
aku bukan apolitis. juga sinis tentang negeri tercinta ini. bukan juga mencoba abai pada apa yang hangat di republik ini. namun gempuran berita sepagi ini rasanya membuatku sedikit muak. apalagi tentang itu-itu saja.
selamat pagi pasarcidu. selamat pagi indonesia.
Friday, January 25, 2008
ia akan datang
ia mengabari kalau ia akan datang lagi. aku tak tahu; apa aku harus berbicara tentang rindu yang telah kuperam, sejak ia memutuskan pergi. tapi seperti burung-burung layang yang berpindah saat musim dingin menuju daratan yang lebih hangat, suatu waktu akan kembali terbang kembali ke daratan ia berasal...aku tahu, ia suatu waktu pasti akan kembali ke tempat ia berasal; ke kehidupannya yang tentram dan nyaman. lalu hidup kembali seperti biasa. berputar.
satu hujan dan pak tua peramal
sebuah malam. terjebak hujan. aku ku menepi mencoba berteduh pada sepotong atap kios yang berdiri di dekat rerimbunan pohon. hujan terus turun. lelaki tua yang sudah duduk duluan di sampingku membuka percakapan; perkenalan biasa mulanya. ia berasal dari salah satu kabupaten di bagian selatan propinsi ini. ia datang ke makassar, dan menawari jasa membantu orang yang kesulitan dengan hubungan dan keturunan. setiap malam, ia menumpang tidur di stasiun pengisian bahan bakar yang sudah tertutup.
aku membakar rokok. menawarinya, ia berterimakasih untuk rokok, yang menurutnya baik di cuaca sedingin hujan malam itu.
ia sempat menceritakan bagaimana kedua kakinya terputus dihajar granat. juga tangan kirinya yang kini kesulitan mengenakan jam tangan. "aku dulu pejuang," tegasnya. meski dengan pelan --tapi serasa juga dengan sepotong harap, ia masih sementara mengurus uang tunjangannya sebagai veteran pejuang. kini tahun ke-tujuh sudah ia mengurusnya, dan dengan sisa senyumnya; ia masih yakin akan memperolehnya dalam waktu dekat ini. namanya "maling" atau daeng maling (ia sempat menjelaskan, alau nama itu di jawa berarti pencuri --dan aku hanya mengangguk)
di luar masih hujan. tempiasnya mulai mengenaiku. aku kembali membakar rokok. menawarinya sebatang lagi, ia hanya menyimpannya dalam tas; "sebentar baru kubakar, menjelang tidur," katanya.
ia percaya kalau bisa meramal sepotong kehidupan seseorang dari hanya melihat matanya. ia percaya saya akan memiliki cukup baik kehidupan. saya hanya tersenyum. ia sempat meramal orang yang juga berteduh bersamaku, kalau hubungannya dengan 2 istrinya tak berjalan cukup baik. orang itu mengaku kalau ramalan itu tepat. lalu mereka terus berbincang. sesekali aku tersenyum mendengar mereka berbincang. sempat ia menduga jejak tangan lelaki yang sudah cukup berumur itu.
[kalau saja tampakannya seperti tukang nujum gypsi yang berwajah dingin dan bola kristal,mungkin aku tak terkejut] lalu ia menunjukku; "dari matamu, kulihat kalau kau mata keranjang. kau banyak kekasih,"... hmmm, aku hanya tertawa. bagaimana mungkin? aku lalu pergi menembus hujan yang masih cukup deras. "mata keranjang?," batinku. ah, ada-ada saja...kalau saja iya, tak perlu aku tersiksa kenangan, seperti biasa jika turun hujan. ada-ada saja pak tua itu.
Saturday, January 05, 2008
lorojonggrang
seringkali kubayangkan ia sebagai lorojonggrang. perempuan di masa dinasti syailendra yang meminta dibangunkan candi sebelum disunting sang pangeran. seribu buah candi harus selesai sebelum fajar tiba. ia sebenarnya tak ingin bersama sang pangeran, namun tak mampu menampik maksud sang pangeran, maka ia pun menyusun muslihat agar candi sang pangeran tetap tak lengkap. mitos ini melekat pada candi prambanan yang juga disebut sebagai candi lorojonggrang.
kubayangkan ia sebagai lorojonggrang, namun aku tentu saja tak bisa membayangkan diri sebagai pangeran yang bisa memerintah sepasukan jin ifrit untuk membantuku mencapai maksudku. aku hanya pejalan yang fakir, yang meniti jalanku sendiri. mungkin kelak, pada akhirnya aku memang harus berdamai dengan kesunyian takdirku..
Subscribe to:
Posts (Atom)