::insomnia memintaku tak tidur lagi malam itu.
nah, cobalah tidur agak larut. lalu dengarlah lagu penutup siaran, dari sebuah stasiun tv dan amati gambar-gambar yang ditayangkannya.
lagu mengalun merdu tentang indonesia (iya, indonesia!!! yang kita cintai atau tidak, tapi karena kita terlahir di sini; maka ini negeri kita)
amati "indonesia" lewat lagu dan gambar-gambar yang menetramkan itu.
di antar lagu yang syahdu mendayu, dan mengalirlah gambar; mulai dari hamparan hutan, gunung, sawah permai, pantai indah dan masyarakat yang tenang memetik hasil alamnya.
benar-benar serupa surga; tempat menyenangkan "untuk akhir menutup mata..."
benar-benar kampung halaman yang dikenalkan sekolah dasar padaku..gemah ripah loh jinawi, tempat --bahkan tongkat pun akan tumbuh.
ah, cerita memang terkadang berlebih-lebihan.
apakah "ini" juga indonesia?
utang-kita ke negeri lain, membuat pemerintah republik indonesia tak lagi merdeka menentukan kebijakan; menentukan tujuan. dan jadilah rakyat indonesia (yang memetik hasil bumi dengan riang, dalam gambar di stasiun tv itu) menanggung berbagai kebijakan ekonomi yang menyengsarakan..
salah satunya, harga minyak naik, dan lihatlah bagaimana pemerintah republik indonesia menanganinya lewat bantuan kompensasi kenaikan bbm--juga di tasiun tv yang sama;
berapa banyak yang harus berebut, hingga ada 2 orang tua yang mati karena antri (mungkin ini hanya terjadi di negara komunis beberapa waktu lalu). berapa banyak yang mengamuk dan menjadi anarkis, menjadi wajah-wajah beringas yang mungkin tak kita kenali lagi. berapa banyak warga yang berebut menjadi miskin, menghilangkan kehormatan untuk mendapat 100 ribu rupiah per bulan. itu indonesia
juga nelayan dan petani yang lebih banyak kita kenali dari setiap demonstrasi yang mereka gelar. meminta peraturan pemerintah nomor 36 tentang hak pemerintah indonesia untuk 'merampas' tanah untuk publik(?). nelayan yang tak lagi melaut, karena hanya akan menderita kerugian dari hasil melaut mereka yang tak bisa menutup ongkos sekali melaut.
lainnya, wabah ganti-berganti membunuh anak-anak indonesia, karena pemerintah tak lagi bisa menangani dengan baik, agar anak-anak indonesia bisa tetpa hidup dengan sanitasi dan kesehatan yang baik.
beribu kayu batang dari hutan indonesia yang dicuri, dan segelintir orang menjadi kaya dari tiap tanah longsor dan banjir yang melanda penduduk di sekitar hutan..
banyak hal yang tak muncul dalam siaran penutup di dinihari itu.
(aku tahu, kepalaku berdenyut pelan, hatiku tak tenang, tapi kita tak bisa memilih untuk terlahir atau tidak di sebuah negeri, memang...)
ah, insomnia ini memicu kejut tak hanya di kepalaku, tapi juga di hatiku.
selamat malam, bagaimanapun aku tetap orang indonesia. kita masih bisa tetap hidup di satu negeri tanpa harus mencintainya kan?
selamat malam, sekali lagi.
"sebuah tempat sebagai tepi dari semuanya. sebuah tempat pulang, menemukan diriku sendiri yang kutinggalkan.."
Monday, October 24, 2005
satu kehilangan
::untuk satu kehilangan
-kematian seseorang adalah tragedi, kematian seribu orang adalah statistik -joseph stalin
pagi yang dingin, dan kepala yang berdenyut, berbincang pelan tentang kematian yang tak berbilang, di sebuah hari kematian kawan tercinta; "berapa pun yang mati, setiap itu adalah nyawa, maka kita berhak bersedih". namun, saat melihat ribuan jenazah teronggok, juga bau bangkai yang menyeruak, terkadang mulanya hanya sebagai sebuah statistik --seperti kata joseph stalin. setelahnya, barulah kita tersadar, setiap yang mati, kita berhak bersedih; sebab itu adalah nyawa.
seseorang meninggalkan kita, terbebas dari dunia yang fana ini; apa yang hilang? sebab semua toh yang hidup akan berangkat menuju-Nya... yang hilang mungkin, adalah tempatnya di hati kita. ruang yang dipenuhi kenangan atasnya. seseorang, dengan segala warnanya. sebagai yang 'tragis', bukan "statistik", sebab setiap orang adalah kerabat --paling tidak dari seseorang yang lainnya. sebab tak ada yang lahir dari sebatang bambu, ataupun keping batu, dan dibesarkan oleh hewan ajaib, selain dalam dongeng-dongeng yang naif.
selamat tidur. selamat jalan, kawan. kau kami kenang
-kematian seseorang adalah tragedi, kematian seribu orang adalah statistik -joseph stalin
pagi yang dingin, dan kepala yang berdenyut, berbincang pelan tentang kematian yang tak berbilang, di sebuah hari kematian kawan tercinta; "berapa pun yang mati, setiap itu adalah nyawa, maka kita berhak bersedih". namun, saat melihat ribuan jenazah teronggok, juga bau bangkai yang menyeruak, terkadang mulanya hanya sebagai sebuah statistik --seperti kata joseph stalin. setelahnya, barulah kita tersadar, setiap yang mati, kita berhak bersedih; sebab itu adalah nyawa.
seseorang meninggalkan kita, terbebas dari dunia yang fana ini; apa yang hilang? sebab semua toh yang hidup akan berangkat menuju-Nya... yang hilang mungkin, adalah tempatnya di hati kita. ruang yang dipenuhi kenangan atasnya. seseorang, dengan segala warnanya. sebagai yang 'tragis', bukan "statistik", sebab setiap orang adalah kerabat --paling tidak dari seseorang yang lainnya. sebab tak ada yang lahir dari sebatang bambu, ataupun keping batu, dan dibesarkan oleh hewan ajaib, selain dalam dongeng-dongeng yang naif.
selamat tidur. selamat jalan, kawan. kau kami kenang
Friday, October 14, 2005
tentang perjalanan dan pulang
::dengan berterima kasih kepada ochan
"When all my work's over. i'll fly home," sebuah kutipan dari entah siapa, yang ia juga ragu telah mengtipnya darimana.
"Aku hanya ingin pulang lebih cepat sore ini, agar masih sempat minum teh dengan senja di depan jendela," kutipan tentang betapa telah lama tak menikmati teduh senja di rumah sendiri, saat lebih sering sibuk berada dalam perjalanan di waktu yang orange itu..
"Tapi selalu kurindu perjalanan. Karena ada yang akan sangat indah setelahnya. Itulah mengapa seseorang harus pergi, apalagi jika dia lelaki, agar bisa menakar dan merasa betapa indahnya pulang --kutipan dari seorang kawan, di halamanrawa.blogspot.com" .
Ah, "pulang", menakar perjalanan, menakar arti yang bergerak. menakar tepi. Betapa "ia" serasa menjadi serupa mantra, yang mengingatkanku dalam perjalanan ini..
aku selalu bertanya; "kemana kelak hati akan pulang, dan menakar semua perjalanan yang telah kutempuh?".
adakah itu kau?
"When all my work's over. i'll fly home," sebuah kutipan dari entah siapa, yang ia juga ragu telah mengtipnya darimana.
"Aku hanya ingin pulang lebih cepat sore ini, agar masih sempat minum teh dengan senja di depan jendela," kutipan tentang betapa telah lama tak menikmati teduh senja di rumah sendiri, saat lebih sering sibuk berada dalam perjalanan di waktu yang orange itu..
"Tapi selalu kurindu perjalanan. Karena ada yang akan sangat indah setelahnya. Itulah mengapa seseorang harus pergi, apalagi jika dia lelaki, agar bisa menakar dan merasa betapa indahnya pulang --kutipan dari seorang kawan, di halamanrawa.blogspot.com" .
Ah, "pulang", menakar perjalanan, menakar arti yang bergerak. menakar tepi. Betapa "ia" serasa menjadi serupa mantra, yang mengingatkanku dalam perjalanan ini..
aku selalu bertanya; "kemana kelak hati akan pulang, dan menakar semua perjalanan yang telah kutempuh?".
adakah itu kau?
Subscribe to:
Posts (Atom)